Rabu, 23 Januari 2013

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN
    Perpustakaan sekolah didirikan dengan tujuan untuk menyediakan sumber belajar bagi semua personalia sekolah agar terwujudnya tujuan kurikulum. Dengan pengertian perpustakaan sekolah harus mampu menyediakan berbagai jenis karya-karya tulis menurut kebutuhan yang ditunjuk oleh Kurikulum. 

Perencanaan kebutuhan ruang perpustakaan dan luasnya ruang perpustakaan berdasarkan tipe sekolah. 
     Kebutuhan ruang perpustakaan dan luasnya ruang perpustakaan harus didasarkan tipe sekolah. Semakin besar sekolah maka harus semakin besar pula ruang perpustakaannya bahkan semakin banyak kebutuhan ruangannya pun. Jika lahan memungkinkan boleh ruang perpustakaan itu dibangun lebih dari satu buah. Untuk tipe sekolah C, ruang perpustakaan cukup berukuran 7 m x 10 m. Type B berukuran 7 m x 15 m sedangkan sekolah type A perpustakaannya minimal 8 m x 20 m. Ruang perpustakaan harus mampu menampung jumlah siswa 20 % nya dari jumlah seluruh siswa. Ruang perpustakaan hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga minat dan motivasi anak tumbuh dan berkembang untuk ke ruang perpustakaan.      
         Dapat juga perpustakaan tersebut berfungsi sebagai tempat rekreasi, selain untuk sumber belajar. Sudah barang tentu ruangan itu harus ditata disusun dengan bersih, indah, rapi, nyaman dan menyenangkan. Perencanaan kebutuhan jenis buku dan jumlah buku berdasarkan jumlah siswa dan pemanfaatan buku. Koleksi kebutuhan buku menurut jenis dan jumlahnya harus dipersiapkan. Macam-macam koleksi adalah: 1).Menurut fisik Media tercetak seperti buku, broklet, famlet, leaflet, dan lain-lain. Badan buku (audio visual) seperti : rekaman suara, slide, film, dan lain-lain. 
 2). Menurut isi Fiksi yaitu buku-buku ilmu pengetahuan. Buku Referensi : Tidak boleh dipinjam untuk dibawa pulang. Buku Bacaan Umum : Boleh dipinjam untuk dibawa pulang. Penambahan koleksi disesuaikan dengan jumlah siswa atau pemakai serta lokasi yang ada pada perpustakaan itu (kurang lebih 10 %). Perbandingan 10 judul buku untuk tiap siswa dianggap memadai. Untuk penambahan buku perbandingan antara buku-buku fiksi dan non fiksi adalah 35 % berbanding 65 %. Pemanfaatan buku-buku bukan hanya untuk siswa saja tetapi diharapkan semua guru dan karyawannya juga memanfaatkan adanya perpustakaan itu. 

Perencanaan sumber dana dan sumber buku untuk memperkaya koleksi. 
      Untuk dana mengelola perpustakaan dapat dipeoleh dari Dana Rutin dan Dana BP3, maupun dana sumbangan dari siswa. Misalnya setiap bulan ditentukan besarnya dana sumbangan siswa untuk menunjang perpustakaan secara berkala atau rutin. Dana tersebut dapat digunakan untuk mengelola perpustakaan seperti, pembelian perabot buku dan lain-lain selain dari dana siswa sebagai penunjang setiap sekolah ada yang membuat peraturan jika siswa menunjang buku dikenakan uang sewa untuk keamanan dan biaya perawatan. Sedangkan koleksi buku dapat bertambah dengan cara sebagai berikut : 
1). Pembelian, membeli ke toko atau penerbit 
2). Hadiah, dari instansi atau perorangan 
3). Tukar menukar dapat diperoleh dengan cara tukar-menukar antar perpustakaan lain 
4). Buku titipan diperoleh dengan cara titipan/pinjaman sementara dari perpustakaan lain. 
 5). Membuat sendiri, untuk menambah koleksi bila dapat membuat sendiri dengan cara mengumpulkan judul-judul artikel dari surat kabar/majalah, digunting-gunting menjadi kliping 
6). Sumbangan dari alumni 
         Perencanaan proses pengadaan buku Pihak sekolah setiap tahun pelajaran membuat surat permohonan untuk mendapatkan buku kepada berbagai instansi antara lain: 
1). Kantor Wilayah Depdikbud 
2). Pusat Perbukuan 
3). Museum Pusat/Nasional 
4). Pusat Pengembangan Bahasa 
5). Kantor lainnya 
        Selain dengan permohonan ke instansi tersebut diatas, pihak sekolah menganggarkan dananya dari BP3 untuk pengadaan buku tersebut, juga dari dana sumbangan dari siswa setiap bulan secara rutin. Dengan demikian diharapkan pengadaan buku makin lama makin bertambah banyak.

Perencanaan pembuatan katalog dan pengaturan operasional perpustakaan. 
      Katalog merupakan pedoman atau petunjuk seluruh bahan sumber yang tersedia disuatu perpustakaan. Kartu Katalog adalah kartu yang terbuat dari kertas manila dengan ukuran 12 1/2 cm x 7 1/2 cm, yang telah diberi lambang dibagian bawah. Jenis Katalog: 
1). Katalog pengarang 
2). Katalog judul 
3). Katalog pokok 
masalah/subjek Pengaturan operasional perpustakaan ialah Kepala Sekolah menugaskan kepada guru/karyawan untuk mengelola perpustakaan yaitu sebagai pustakawan. Tugas pustakawan ialah: 
1). Mengurus administrasi pengelolaan 
2). Mengurus administrasi pelayanan 
3). Mengurus administrasi pemeliharaan 
4). Mengurus administrasi keanggotaan 
5). Menyusun laporan/statistik dan lain-lain 
     Dalam suatu sekolah diupayakan agar pustakawan ini lebih dari 1 (satu) orang apalagi jika sekolah tersebut besar atau type A, maka mutlak tenaga pustakawan harus memadai agar pelayanan dan pengelolaan perpustakaan tersebut dapat berfungsi dengan baik. Perencanaan pendayagunaannya dan perawatan perpustakaan. Pada sebuah perpustakaan koleksi yang ada harus dirawat dan dipelihara, misalnya dengan cara: 
1). Koleksi agar tidak cepat rusak, sebaiknya dibungkus dengan pembungkus plastik. 
2). Koleksi agar tidak dimakan rayap, cara yang sederhana adalah dengan mengisi kapur barus atau disemprotkan dengan obat anti rayap. Agar pendayagunaannya dapat efektif dan efisien maka penerapan/penjelasan kepada siswa harus selalu dilakukan misalnya pada waktu upacara bendera. Jika mungkin ada jam khusus wajib kunjungan perpustakaan paling tidak jika terdapat jam kosong, karena guru tidak hadir, siswa agar disuruh belajar mandiri di ruang perpustakaan dengan diawasi o;eh pengelola perpustakaan. Dengan adanya tugas-tugas dari guru mata pelajaran maka dapat diatur agar siswa mencari sumber belajarnya dari perpustakaan. Dengan cara demikian maka pendayagunaan perpustakaan itu efektif dan efisien. Perencanaan inventaris buku dan pelaporan posisi buku perpustakaan. Perlengkapan yang harus disiapkan untuk perencanan inventaris perpustakaan adalah: 
1). Buku inventaris atau buku induk 
2). Cap Inventaris 
3). Cap perpustakaan sekolah 
4). Perlengkapan lainnya yang perlu  

ORGANISASI DAN KOORDINASI PERPUSTAKAAN 
a. Organisasi Prasarana Ruang Perpustakaan Pengelola perpustakaan adalah petugas untuk mengurus, merawat dan mengatur jalannya perpustakaan agar dapat berfungsi dengan baik dan dapat membantu sebagai sumber belajar siswa. Ruang perpustakaan hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga setiap siswa/guru yang masuk ke ruangan perpustakaan merasa senang, aman dan nyaman. Perlengkapan diusahakan selengkap mungkin. 
b. Koordinasi Prasarana Ruang Perpustakaan Hendaknya koordinasi antara petugas perpustakaan dengan semua guru mata pelajaran diharapkan guru-guru dapat memberi tugas yang dikerjakan dengan sumber belajar dari perpustakaan. Setiap saat ruang perpustakaan harus bersih dan indah. Keamanan harus dijaga, tata tertib perpustakaan harus dapat dibaca oleh semua siswa yang masuk. Struktur organisasi, grafik keadaan buku dan lain-lain harus dipasang dengan baik. Mengadakan studi banding ke berbagai perpustakaan lain untuk menambah wawasan dan keilmuan sangat diperlukan agar kita dapat mencontoh terhadap perpustakaan yang baik.  

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN PERPUSTAKAAN
a. Pelaksanaan Prasarana Ruang Perpustakaan Penggunaan ruang perpustakaan akan sangat tergantung kepada kemampuan dan keterampilan tenaga pengelola perpustakaan dalam mengaturnya. Bagi keterampilan yang aktif dan kreatif, maka dapat dipastikan ruang perpustakaan benar-benar bersih, indah dan menyenangkan sehingga mengundang siswa/guru untuk selalu masuk ke ruang perpustakaan. Tenaga pustakawan harus benar-benar profesional dalam menangani perpustakaan. Perabot dan perlengkapannya harus lengkap, atau dapat menampung siswa ± 20 % dari jumlah siswa. Tata terib dan perangkat lainnya harus dipasang diruang perpustakaan demikian juga struktur organisasinya. 
b. Pengendalian/Pengawasan Prasarana Ruang Perpustakaan Ruang perpustakaan agar benar-benar berfungsi maka harus diawasi dan dikontrol dengan tata tertibsetiap saat. Pustakawan harus selalu menjaga dan melayani peminjam dengan terarur dan baik. Karena perpustakaan ini merupakan penunjang pendidikan mata pelajaran, manakala perpustakaannya berjalan dengan baik hampir dapat dipastikan pendidikannya pun baik. Tenaga perpustakaan harus cukup memadai, profesional, artinya harus sering diikutsertakan dalam penataran perpustakaan.

Sabtu, 19 Januari 2013

ANTHROPOLOGI : KONFLIK BUDAYA DI PEDESAAN

BUDAYA WESTERN YANG MUNCUL DI KALANGAN PEMUDA
    Era globalisasi memang sudah memberikan dampak yang cukup serius dan nyata di kalangan masyarakat. Tak luput juga sudah mulai masuk ke pelosok pedesaan, seperti yang terjadi di desa saya, yaitu Desa Cangkring, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Budaya mewarnai rambut di kalangan remaja, sudah membudaya di kalangan remaja. Parahnya lagi kebiasaan mewarnai rambut di kalangan pria remaja banyak didominasi dari para pelajar.  
           Mewarnai rambut dengan warna rambut yang tidak sesuai dengan warna sebenarnya menjadikan pandangan negatif di kalangan masyarakat yang dirasa kurang etis untuk diterapkan. Mereka dipandang sebagai remaja yang arogan. Akan tetapi, pandangan negatif itu dibantah oleh para pemuda, mereka mengatakan bahwa sekarang ini adalah jaman modernisasi, dan setiap orang bebas untuk melakukan apa saja. Jika tidak mengikuti perkembangan jaman dianggap orang yang “jadul”. Persepsi atau anggapan seperti itu memang kerap muncul di kalangan remaja. 
       Budaya mewarnai rambut memang identik dengan sikap yang arogan. Akan tetapi itu menurut pandangan orang-orang yang tidak paham atau terpengaruh dengan program-program yang tayang di televisi, misalnya sinetron yang memunculkan seorang anak remaja yang mewarnai rambutnya identik dengan peran yang buruk. Di desa saya, hal tersebut memang tidak dianggap serius, hanya dianggap kurang sopan jika dipertontonkan, apalagi kalau sedang ada hajatan besar, seperti pernikahan dll, terdapat pemuda yang mewarnai pasti langsung mendapat teguran dari teman lainnya yang lebih tua. Meskipun begitu, banyak pemuda yang tidak mempedulikan hal tersebut dan cuek saja. Karena yang seperti dikatakan di atas, bahwa ini adalah jamannya modernisasi dan globalisasi. Menyikapi hal tersebut, hendaknya memang harus bisa memfilter budaya-budaya asing yang masuk dan dinilai tidak mencerminkan budaya sendiri agar tidak menimbulakan konflik yang merugikan dan mendapat anggapan yang negatif bagi pelakunya.

Kamis, 10 Januari 2013

AWAL PERGERAKAN NASIONAL


TONGGAK SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL
1. Latar belakang munculnya kongres pemuda
Sejak berdirinya Organisasi Budi Utomo, banyak pula berdiri organisasi pemuda pelajar, baik yang bersifat kedaerahan maupun nasional.  Pada tanggal 15 Agustus 1926 berdiri organisasi Jong Indonesia yang kemudian diubah namanya berdasarkan Kongres I menjadi Pemuda Indonesia (PI). Pemuda Indonesia (PI) dimaksudkan sebagai wadah pemuda indonesia yang berwatak kebangsaan tanpa membedakan asal usul, suku, dan agama. Begitu juga dengan semakin meningkatnya semangat nasionalisme para pelajar-pelajar di Jakarta dan Bandung yang juga mendirikan organisasi Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada bulan September 1926 dengan tujuan memperjuangkan Indonesia merdeka. Adapun tokoh-tokoh PPPI antara lain : Abdullah Sigit, Sugondo, Suwiryo, Mitro Reksodipuro, Muh. Yamin, A.K. Gani, Muh. Tamsil, Sunarko, Sumana, Amir Syrifudin. PPPI dan PI memberi inspirasi organisasi-organisasi pemuda untuk bersatu. Untuk mewujudkan semangat persatuan dalam wadah Nasionalisme Indonesia maka diadakan Kongres Pemuda yang dilaksanakan beberapa kali, antara lain :
A. Kongres Pemuda I
Para pelajar dan mahasiswa dari berbagai organisasi bergabung dalam satu wadah bersama, yaitu Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan pada tahun 1926. Untuk mewujudkan semangat persatuan dan kesatuan dalam wadah nasionalisme itu, mereka menyelenggarakan Kongres Pemuda I Di Jakarta pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 dengan dipimpin oleh Moh. Tabrani dari Jong Java.
B. Kongres Pemuda II
Perkumpulan pemuda memegang peranan aktif dalam kongres ini, terutama dari perkumpulan PPPI dan Pemuda Indonesia. Seperti halnya PNI, Pemuda Indonesia berpaham kebangsaan indonesia yang radikal. Pemuda Indonesia adalah perkumpulan pemuda yang bersifat nasionalis dan meninggalkan sifat-sifat kedaerahannya. Sementara untuk PPPI adalah perkumpulan dari para mahasiswa Recht Schoolgeschar dan STOVIA. Para peserta Kongres II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Sumatranan Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi dll. Diantara mereka hadir pula dari kalangan Tionghoa sebagai pengamat yaitu Oey Kai Siang, John Lauw Tjoan Hok, dan Tjio Djien Kwie. Namun sampai sekarang masih belum diketahui latarbelakang pengutusan dari organisasi mereka. Sementara Kwee Thiamm Hong hadir sebagai wakil dari Jong Sumatrenan Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan Arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah Pemuda keturunan Arab. 
C. Tujuan dan Peserta Kongres
Tujuan diadakan kongres adalah untuk membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan diantara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Sementara untuk peserta kongres terdiri dari berbagai organisasi pelajar di Indonesia seperti Jong Java, Jong Sumatera Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Batak, Jong Minahasa, dan Jong Islameten Bond.

2. Lahirnya Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan. Gagasan penyelenggaran Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia . Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda. Rumusan Sumpah Pemuda ditulis oleh Mohammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika  Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan kongres ini).
Rapat pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jonngenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Mohammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum, adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Rapat ketiga, Gedung Indonesiscche Clubgebouw.
Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia Raya” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, yang berbunyi: Pertama, kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah indonesia. Kedoea, kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa indonesia. Ketiga, kami poetera dan poeteri indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa indonesia.
Djakarta, 28 Oktober 1928
Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat yang sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda, pada waktu itu adalah milik  dari seorang Tionghoa yang bernama Sie Kong Liong. Sementara lagu Indonesia Raya pertama kali dipublikasikan pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan. Lagu tersebut sempat dilarang oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.



3. Arti penting sumpah pemuda bagi bangsa Indonesia
Eksistensi pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangatlah penting. Sumpah Pemuda merupakan suatu awal dari cita-cita untuk menyatukan organisasi para pemuda dalam satu forum. Dapat diartikan juga bahwa organisasi pemuda ini mencakup ruang lingkup yang luas yaitu Indonesia. Gagasan terbentuknya sumpah pemuda itu juga merupakan hasil dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang telah bersama mengikuti beberapa kali rapat yang diselenggarakan ditempat yang berbeda. Rapat pertama di gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Rapat kedua di gedung Oost-Java Bioscoop dan rapat terakhir di gedung Indonesiscche Clubgebouw.
Dalam pembahasan rapat pertama dari sumpah pemuda tanggal 27 Oktober 1928 menetapkan ada lima faktor yang mampu meningkatkan atau memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, suku, hukum adat, pendidikan dan kemauan.
Dalam rapat kedua pada tanggal 28 Oktober 1928 juga menghasilkan pemikiran  bahwasanya seorang anak harus memperoleh pendidikan kebangsaan dan pendidikan itu harus diimbangi dengan pendidikan di sekolah. Karena kebanyakan anak akan berinteraksi dengan lingkungan sekitar tempat tinggal maupun di sekolah.
Sedangkan pada rapat ketiga, diputuskan bahwa sejak dini, anak harus dibekali rasa nasionlisme dan demokratis. Sehingga akan membentuk sikap disiplin dan mandiri dalam diri anak tersebut.
Selain itu, perlu kita ketahui rapat tersebut tidak hanya membahas tentang itu, tetapi juga membahas bagaimana cara mendorong semangat dalam mewujudkan cita-cita bangsa itu sendiri. Disini, kita harus sadar bahwa sebagai putera-puteri  Indonesia harus tetap bersatu untuk membangun suatu bangsa yang baik dan seorang pelajar harus mampu meningkatkan semangatnya dalam menggapai cita-cita bangsa. Sumpah pemuda merupakan sumpah atau janji yang diikrarkan oleh para pemuda di negeri ini. Sehingga mempunyai makna generasi bangsa Indonesia harus mengakui atas tanah air, bangsa dan bahasanya, mendorong semangat persatuan kebangsaan, mendorong semangat perjuangan untuk mencapai kemerdekaan serta pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai salah satu identitas bangsa dan unsur kebudayaan bangsa.
 
 
Copyright © 2013-Kiamat. Wahyu's Blogs - All Rights Reserved
Design by Wahyu Adhy | Powered By Blogger.com