Di Dusun Karang Talun, Kecamatan
Donorojo, Kabupaten Pacitan, Kedompol dan ikut masuk Kawedanan Punung. Ada
seseorang yang bernama Gondo Lesono, kehdupannya sebagai dalang Ringgit Beber.
Orang itu mempunyai Wayang Beber jumlahnya ada 6 lembar, lakonnya (cerita
wayang beber tersebut), ialah Panji. Wujudnya wayang (ringgit) tersebut dibuat
dari kertas jawa tebal dan halus, warnanya bagus sekali dilihat dari cat maupun
bentuknya. Wayang Beber tersebut warisan dari leluhurnya atau turunan Gondo
Lesono. Dan Gondo Lesono adalah turunan yang kedelapan. Adapun cerita Ringgit
Beber atau Wayang Beber sebagai berikut :
Ada seorang bernama Nolodremo. Pada
waktu masih mudanya orang itu mengabdi dengan Tumenggung Butoijo yang ada di
tanah Sembuyan. Pada suatu hari, Nolodremo ikut Kyai Tumenggung Butoijo, ada
yang sakit dan sakitnya cukup lama, selalu diusahakan atau diupayakan dukun,
pandito, wasi, namundemikian juga belum dapat sembuh, sang prabu sangat
prihatin sekali mengenai sakit anaknya yang sudah cukup lama. Pada suatu hari
Sang Prabu Browijoyo istirahat di Pendopo. Kyai Tumenggung Butoijo menghadap
dan Nolodremo selalu mengikuti Tumenggung Butoijo, kebetulan Sang Prabu menyapa
atau bertanya kepada Nolodremo, demikian kata-katanya : Hai Nolodremo, saya
ini sedang kesusahan karena ada anak saya yang sakit belum sembuh. Sudah banyak
dukun-dukun dan pandito-pandito yang
saya minta untuk menyembuhkan anak saya, tapi juga belum sembuh. Sudah
banyak mantra, jamu yang dimasukkan namun juga belum sembuh. Maka coba tolong
Nolodremo, anak saya itu diusadani atau disembuhkan supaya penyakitnya hilang
dan akhirnya sembuh. Siapa tahu kalau kamu mungkin bisa. Walaupun Nolodremo
sebenarnya bukan seorang dukun dan belum pernah menyembuhkan orang-orang sakit,
tetapi karena permintaan sang prabu, Nolodremo menjawab sanggup. Ternyata
putera Sang Prabu sembuh dari sakitnya itu, lantaran diusadani atau didukuni
oleh Nolodremo atau didukuni oleh Nolodremo. Sang Prabu sangat senang sekali
dengan Nolodremo, karena anaknya yang sakit cukup lama sekarang dapat sembuh.
Akhirnya Nolodremo dianggap seperti abdi kedaton yang lebih dikasihi sendiri.
Pada saat Kyai Tumenggung Butoijo pulang ke rumahnya, Nolodremo diminta oleh
Sang Prabu Browijoyo tidak boleh pulang dan sementara disuruh tinggal di
Kedaton. Selanjutnya di kedaton, Nolodremo di didik oleh Sang Prabu menjadi
dalang menjalankan Ringgit Beber (Wayang Beber) dan Sang Prabu mencegah
Nolodremo tidak boleh pulang apabila dia belum dapat mengerjakan sebagai
dalang.
Pada suatu saat Nolodremo sudah
pandai mengerjakan cara-cara melakukan wayang beber atau disebut dalang, baru
dia dapat pulang ke rumahnya. Selanjutnya Nolodremo diberi hadiah berupa wayang
beber oleh Sang Prabu. Dan dikatakan oleh Sang Prabu tidak diberi emas, dan
Rojobrono, karena Rojobrono maupun Emas mudah habis dan tidak aman jika dibawa
dalam perjalanan. Tetapi diberi hadiah wayang beber dapat menghasilkan setiap
saat dan juga dapat menyenangkan banyak orang. Hadiah tersebut merupakan rasa
terima kasih Sang Prabu Browijoyo karena puteranya yang sakit dapat disembuhkan
oleh Nolodremo. Dikatakan juga oleh Sang Prabu bahwa Nolodremo supaya mendidik
dalang kepada anak-anaknya agar nantinya dan jangka panjangnya wayang beber
tersebut masih tetap lestari, dan wasiat Sang Prabu melakukan wayang beber ini
supaya benar-benar diajarkan sampai anak cucunya Nolodremo. Akhirnya selesai
berbincang-bincang, Nolodremo terus pamit pulang. Dalam perjalanan Nolodremo
kekurangan bekal, kemudian mbarang (ngamen) di Pedusunan melaksanakan pentas
wayang beber dan mendapatkan imbalan uang (upah). Begitu seterusnya sampai
datang di rumahnya, dia selalu diundang ke daerah-daerah lain acara khitanan,
dan lain-lain. Sehingga dia dapat keuntungan yang banyak sekali. Setelah
Nolodremo meninggal dunia terus diwariskan kepada anak laki-lakinya yang sulung
demikian seterusnya secara turun temurun sehingga sampai sekarang. Adapun
turunan Nolodremo yang mendapat warisan Ringgit Beber seperti tersebut di bawah
ini :
1.
Nolodremo
turunan ke-1
2.
Nolo turunan
ke-2
3.
Samolo turunan
ke-3
4.
Nolongso turunan
ke-4
5.
Trunodongso
turunan ke-5
6.
Gondolesono
turunan ke-6
7.
Setrolesono
turunan ke-7
Gondolesono turunan ke-8 saat ini berumur kurang
lebih 65 tahun. Dan cucunya sudah banyak. Kotaknya wayang beber itu lebarnya
hanya satu kaki, panjangnya empat kaki, tingginya satu setengah kaki. Gawang
untuk panggungpada saat digelar dibuat dari kayu, panjangnya kurang lebih satu
setengah meter, tingginya setengah kaki. Dan bentuknya seperti panggung wayang
Krucil. Iringan gamelan (tabuhannya) rebab, kethuk, kenong, kempul, serta
kendang. Gendingnya hanya ayak-ayakan. Pada saat perang tabuhannya diperkeras,
tetapi kalau sedang cerita tabuhannya hanya lamban saja. Pagelaran wayang beber
waktunya hanya setengah hari saja. Misalnya mulai jam 8 pagi-jam 12 siang sudah
selesai.
Dari ceritanya Gondolesono. Ringgit,
kotak, cempala, serta semua tetabuhan, semua pemberian dari Keraton Majapahit.
Mulai menerima semua tersebut di atas dari Prabu Browijoyo sampai sekarang
tidak ada yang diubah-ubah. Walaupun ada yang rusak, tapi masih merasa takut
untuk memperbaikinya sebab khawatir kalau ada siku balaknya. Adapun keadaan
tabuhan, apabila dibanding dengan dengan tetabuhan jaman sekarang memang sangat
jelek, atau memang iramanya kurang baik dan tidak sesuai dengan sekarang.
Gondolesono pernah apabila ada wayang yang rusak akan diperbaiki, meskipun
tidak terlalu sulit, Gondolesono tetap yidak berani. Sebab Gondolesono
mempunyai keyakinan bahwa semua wayang atau 1 unit tabuhan itu masih merupakan
barang yang dianggap keramat, maka tetap takut dengan siku bilahinya.
Saat ini anda sedang membaca artikel tentang RINGGIT BEBER (WAYANG BEBER) PACITAN dan anda juga bisa menemukan artikel RINGGIT BEBER (WAYANG BEBER) PACITAN ini dengan url https://wahyuadisukrisna.blogspot.com/2013/02/ringgit-beber-wayang-beber-sebagai.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel RINGGIT BEBER (WAYANG BEBER) PACITAN ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda, namun dengan catatan jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.
Belum ada komentar untuk "RINGGIT BEBER (WAYANG BEBER) PACITAN"
Posting Komentar