Candi Mendut yang terletak di
sebelah utara dari ketiga candi disekitar Borobudur, dapat dikatakan merupakan
pintu masuk menuju Candi Pawon dan Candi Borobudur. Bertempat di Desa Mendut,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Pintu masuk pada Candi Mendut
berbeda dengan Candi-Candi lainnya, menghadap ke barat. Sementara pada
candi-candi lainnya yang terdapat di Jawa kebanyakan pintu candi menghadap
kesebaelah timur. Sampai sekarang, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan
mengenai kapan Candi tersebut berdiri.
Beberapa ada yang menghubungkan
denagan kelahiran Sang Budha. Kemungkinan hal tersebut dikaitkan dengan Sang Budha dalam menyebarkan Agama
Budha di Tanah Jawa. Pintu yang menghadap kiblat, dapat juga diartikan sebagai
simbol keinginan dari pendiri candi, berkaitan dengan tempat ketika Sang Budha
pertama kali menerima wahyu di Taman Kijang.
Para ahli purbakala, sampai sekarang
juga masih ragu mengenai kapan berdirinya Candi tersebut. Ada yang mengatakan ,
Candi Mendut dibangun ketika jaman pemerintahan Raja Indra, dari dinasti
Syailendra abad ke 8 atau 9. Ada juga yang mengatakan Candi Mendut dibangun
sebelum Candi Borobudur. Hal tersebut masih meragukan, karena memang belum
diketemukan tulisan atau prasasti yang menceritakan mengenai Candi Mendut.
Menurut Sejarah, sekitar tahun 1836,
semua bagian bangunan Candi ditemukan dalam keadaan tertutup rumput Ilalang dan
pasir letusan Gunung Merapi pada waktu itu, kecuali bagian atap Candi. Candi
tersebut ditemukan secara tidak sengaja. Bisa dimaklumi, karena penyebaran
penduduk yang belum merata, sedikitnya penduduk yang menempati daerah sekitar
penemuan Candi, keadaan tanah yang gersang dan kering, membuat sedikitnya orang
yang bermukim di wilayah itu.
Setelah candi tersebut digali dan
dibersihkan dari rumput ilalang, sudah banyak ditemukannya batu-batu asli dari
sekitar candi, meskipun belum semuanya. Sekitar tahun 1887, Candi mengalami
pemugaran untuk pertama kalinya, bagian yang diperbaiki adalah kaki candi
sampai badan candi. Meskipun bisa dikatakan perbaikan tersebut masih jauh dari
harapan, karena banyaknya halangan dalam pemugarannya.
Selanjutnya pada tahun 1908, oleh
Van Erp (Belanda), Candi tersesbut kembali diperbaiki bersamaan dengan Candi
Borobudur. Pemugaran yang kedua kali ini juga tidak berjalan seperti yang
diharapkan dan sempat berhenti total, dikarenakan faktor biaya yang memang pada
saat itu Belanda juga membutuhkan dana yang cukup besar untuk memakmurkan
negaranya, sehingga tidak mampu untuk membiayai pemugaran candi. Setelah kurang
lebig 38 tahun, akhirnya pemugaran Candi dilanjutkan lagi.
Tatanan
dan Relief Candi
Tatanan atau susunan Candi Mendut
tak beda jauh dengan candi-candi lainnya, terdiri dari bagian kaki candi, badan
candi dan puncak candi. Pada bagian Kaki Candi, terdapat “selasar” (jalan untuk
mengelilingi candi). Selasar tersebut dibuat agak luas, supaya pengunjung dapat
melihat candi secara jelas dan dekat. Pada dinding candi juga terdapat
ornamen-ornamen yang jumlahnya ada 31 ornamen. Ornamen pada dinding Candi
berupa bunga puspa, bunga teratai, motif hewan dan arca-arca yang semuanya
memiliki makna atau simbol tersendiri.
Pada bagian kanan pintu masuk atau
ruang candi, terdapat relief Kuvera/Yasaka Panchika/Atavika. Dalam relief
tersebut digambarkan seorang pria yang dikelilingi oleh anak-anak, memakai
busana yang menggambarkan bahwa pria tersebut adalah seorang bangsawan. Dusduk
diatas tempat yang tinggi dengan posisi kaki kanan bertumpu pada kaki kanan. Penggambaran
Anak-anak yang sedang bermain, memanjat pohon dan memetik buah-buahan.
Dibawahnya ada sebuah kendhi yang penuh dengan uang. Kuvera, yang juga disebut
dengan dewanya kekayaan. Selain itu juga ada Yaksa Panchika atau Atavika, yang
merupakan raksasa pemakan manusia, tetapi setelah bertemu Sang Budha bertobat
dan menjadi pengayom bagi anak-anak.
Di bagian kiri arah kamar, ditemukan
relief Hariti yang sedang duduk memangku anaknya. Dalam relief tersebut
digambarkan wujud seorang wanita yang juga memakai pakaian bangsawan dengan
dikelilingi oleh anak-anak yang bermain dan memetik buah-buahan. Dalam mitologi
agama Budha, Hariti merupakan raksasa yang juga suka makan manusia, tak beda
jauh dengan Kuvera, bertobat setelah bertemu dengan Sang Budha dan akhirnya
menjadi pengayom bagi anak-anak. Figur pengayom anak-anak, juga dapat ditemukan
di Bali dengan sebutan Men Brayut.
Pada badan Candi, juga terdapat
relief Bodhisattva Avalokitesvara dan Dewi Tara. Relief Avalokitesvara
digambarkan pada bagian tengah duduk diatas padmasana. Di sebelah kanannya
cacti dan istrinya yaitu Dewi Tara. Dibawahnya digambarkan sebuah kolam yang
penuh dengan bunga teratai. Dalam Mitologi Budha, relief tersebut memuat
tentang cerita kelahiran Dewi Tara di Madyapada.
Sang Budhisattva Avalokitesvara
sedih, ketika mengetahui keadaan manusia di dunia. Kesedihannya hingga
meneteskan airmata yang akhirnya berwujud menjadi sebuah kolam atau telaga yang
penuh dengan bunga teratai . Diatas batang dan daun tersebut muncul Dewi Tara,
yang menjadi penolong umat manusia dari jurang kesengsaraan.
Relief yang menghadap ke timur pada
badan Candi, yaitu terdapat relief Bodhisattva, yang digambarkan bertempat
di tempat teratas memakai pakaian
bangsawan. Di belakang kepala terdapat Prabha, yaitu cahaya dewa. Mempunyai
empat tangan, tangan kiri bagian belakang memegang kitab, tangan kanan bagian
belakang memegang tasbih. Tangan kiri depan ada batang bunga teratai yang mekar
dari sebuah kendhi. Tangan bagian depan menggambarkan sikap vara-mudra.
Pada badan candi sebelah utara,
terdapat relief tentang dewi Tara atau Cunda. Pada relief disebutkan, Dewi Tara
digambarkan sedang duduk di tempat yang tinggi. Di sebelah kanan kirinya
digambarkan dua orang pria.
Pada bagian kanan pintu masuk Candi
Mendut, terdapat relief Sarvanivaranaviskhambi. Pada relief,
Sarvanivaranaviskhambi digambarkan dengan posisi berdiri. Pakaian yang
dikenakan adalah pakaian bangsawan. Di belakang kepala juga terdapat prabha.
Atap candi terdiri dari tiga tingkatan.