Senin, 11 Februari 2013

Jhator, Penguburan Unik Ala Tibet


Kalau di sekitar kita, pemakaman pastinya sudah hal biasa jika hanya dikubur di dalam tanah atau dibakar/dikremasi. Tetapi lain lagi dengan pemakaman/penguburan yang ada di Tibet. Di Tibet, orang dalam mengubur mayat tidak dengan di kubur dalam tanah, akan tetapi lebih tragis dan lebih menyeramkan lagi. Tradisi penguburan mayat ini dikenal dengan sebutan Jhator atau Kuburan Langit.  Disini mayat tidak dikubur, tetapi diletakkan atau dibiarkan begitu saja di tempat terbuka di wilayah pegunungan, dengan maksud supaya mayat tersebut membusuk dengan sendirinya atau menjadi makanan Burung Nasar (burung pemakan bangkai). Bahkan untuk memudahkan burung-burung nasar itu memakan mayat, terlebih dahulu mayat tersebut dipotong-potong daging dan tulangnya, memang sungguh sadis dan tragis, tetapi hal seperti itu sudah menjadi adat dan tradisi di Tibet.
            Jhator kerap diadakan di pegunungan Tibet, dengan beralasan Agama dan dinilai lebih praktis meskipun sadis. Kebanyakan kepercayaan dari orang-orang Tibet adalah kepercayaan Agama Budha yang percaya akan adanya Reinkarnasi (kelahiran kembali). Sehingga setelah orang tersebut meninggal, maka tubuhnya sudah dianggap sebagi wadah kosong yang tak ada gunanya, sehingga perlu dibuang begitu saja. Semangat atau jiwa dari orang yang meninggal menurut kepercayaan sudah keluar dari tubuhnya dan akan ber inkarnasi pada kehidupan selanjutnya. Selain itu juga karena pengaruh faktor geografis dari wilayah Tibet yang berbatu dan minimnya kayu untuk pembakaran mayat, sehingga lebih memilih penguburan mayat secara Jhator ketimbang membakar mayat (kremasi).
            Ritual sperti ini memang sangat sadis dan menyeramkan bagi yang belum pernah melihat tradisi ini sebelumnya. Tetapi bagi umat Budha di Tibet, upacara Jhator ini merupakan wujud rasa belas kasihan terhadap orang yang sudah meninggal dunia dengan memberikan tubuhnya untuk dimakan makhluk lainnya. Rasa belas kasihan dan kepedulian terhadap makhluk hidup merupakn salah satu keutamaan dalam ajaran Buddhisme.
            Pemerintah RRC yang telah menguasai Tibet sejak tahun 1950 juga telah melarang ritual Jhator ini ditahun 1960-an, karena dianggap terlalu kejam dan sadis. Tetapi pada tahun 1980-an, ritual ini kembali diijinkan oleh pemerintah RRC. Biasanya selain warga Tibet, dilarang untuk menonton atau memotret ritual upacara ini, karena dianggap tidak sopan.
            Ritual Jhator biasa dilaksanakan di beberapa wilayah di Tibet, diantaranya adalah kota Lhasa. Sebuah tempat yang terletak di lereng pegunungan yang kondisi tanahnya berbatu. Sebelum dikubur, biasanya mayat dibersihkan dan dibungkus kain kafan. Setelah itu diletakkan di pojokan rumah selama tiga hari sampai lima hari. Selama itu, para biarawan memanjatkan doa-doa dan mantra-mantra untuk membebaskan jiwa si mayat. Setelah itu mayat baru dikirim ke tempat kuburan langit (Jhator). Kuburan ini bertempat di antara gunung-gunung, yang terdiri dari rerumputan dengan pagar yang tinggi dan sebuah candi pemujaan serta batuan besar. Drigung yang merupakan salah satu dari tiga kuburan Jhator yang paling penting. Meskipun begitu, ritual Jhator jarang dilaksanakan pada mayat yang meninggal dalam usia muda (kurang dari 18 tahun), wanita hamil, atau orang-orang yang mati karean kecelakaan atau kena Infeksi.
            Selanjutnya, seorang lelaki yang mengenakan celemek putih nampak di pekuburan langit dengan membawa pisau dan kapak di tangannya. Seseorang ini biasa disebut “daodeng” yaitu orang yang biasa melaksanakan prosesi ini. Daodeng lalu membuka kain mayat tersebut, dan mulai memotong-motong anggota tubuh si mayat, tidak ketinggalan untuk membakar dupa yang aromanya digunakan untu mengundang burung nasar. Tak lama kemudian Burung-Burung Nasar berdatangan dan dengan rakus memakan bangkai si mayat. Anggota keluarga dilarang menyaksikan ritual ini.
            Burung-burung ini hanya membutuhkan kurang lebih 13 menit untuk menghabiskan daging diseluruh tubuh si mayat. Selanjutnya, Daodeng mulai menindas tulang mayat tersebut dengan palu sampai hancur dan selanjutnya dicampur dengan tepung gandum yang disebut tsampa, yang akan digunakan sebagai makanan burung-burung yang berukuran lebih kecil, seperti burung Gagak dsb. Setengah jam setelah itu, kondisi mayat sudah benar-benar hancur dan musnah dari muka bumi. Tak berapa lama, suasana disekitar pegunungan tersebut kembali sunyi dan sepi.

Belum ada komentar untuk "Jhator, Penguburan Unik Ala Tibet"

Posting Komentar

 
 
Copyright © 2013-Kiamat. Wahyu's Blogs - All Rights Reserved
Design by Wahyu Adhy | Powered By Blogger.com